
sumber foto:belantaraindonesia.org.
Korps
Pasukan Khas TNI AU, disingkat Korpaskhasau, merupakan pasukan (khusus)
yang dimiliki TNI AU.
Sama seperti satuan lainnya di TNI
AD dan TNI AL, Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga
matra: laut, darat,
udara. Hanya saja dalam operasi,
tugas dan tanggungjawab, Paskhas lebih ditujukan untuk merebut dan
mempertahankan pangkalan
udara dari serangan musuh, untuk
selanjutnya menyiapkan bagi pendaratan pesawat teman. Kemampuan satu ini
disebut Operasi
Pembentukan dan Pengoperasi
Pangkalan Udara Depan (OP3UD).
Sejarah Paskhas sebagai pasukan payung pertama hampir setua Republik Indonesia ini. Operasi penyusupan
lewat udara oleh 14 paratroops
pada 17 Oktober 1947 di Kotawaringin, Kalimantan, ditandai sebagai hari
keramat kelahiran
Paskhas. Di awal usia TNI AU (lahir 9
April 1946), pasukan payung ini disebut Pasukan Pertahanan Pangkalan
(PPP). April 1952,
kekuatan AURI diperkuat dengan
dibentuk lagi Pasukan Gerak Tjepat (PGT).
Embrio Paskhas terbentuk mulai bulan Juli 1947, saat Gubernur
Kalimantan Ir. Pangeran Mohamad Noor mengirim surat kepada KSAU agar
menerjunkan pasukan payungnya di Kalimantan. Hal ini mendapatkan
sambutan positif dari KSAU, yang langsung memerintahkan
prajurit-prajurit AURI asli Kalimantan yang mengungsi ke Jawa untuk ikut
dalam misi tersebut. Jumlah anggota yang dilatih adalah 12 prajurit
asal Kalimantan dan 2 prajurit asal Jawa. Ditunjuk sebagai komandan
adalah Mayor Tjilik Riwut.
Mengingat singkatnya waktu persiapan, para prajurit hanya mendapatkan
latihan di darat. Pesawat RI-002 yang membawa mereka segera berangkat
pada pagi hari tanggal 17 Oktober 1947, dengan penerbang Bob Freeberg,
kopilot Opsir Udara III Makmur Suhodo dan jumping master Opsir Muda
Udara III Amir Hamzah, Tjilik Riwut yang asli Kalimantan bertindak
sebagai penunjuk ke arah titik penerjunan.
Akhirnya hanya 13 prajurit yang melaksanakan penerjunan, karena satu
prajurit mengundurkan diri. Semua prajurit berhasil mendarat dengan
selamat dan bergerilya. Setelah sebulan bergerilya, 3 prajurit gugur
dalam pertempuran dan yang lainnya tertangkap Belanda. Ketiga prajurit
yang gugur adalah Kapten Udara Anumerta Harri Hadisumantri, Letnan
Udara II Anumerta Iskandar, dan Sersan Mayor Udara Anumerta Achmad
Kosasih.
Operasi lintas udara yang pertama kali dilakukan oleh TNI pada
tanggal 17 Oktober 1947 tersebut akhirnya diabadikan menjadi hari jadi
Pasukan Baret Jingga, yang sekarang bernama Pasukan Khas TNI AU.
Sejak tanggal 24 Maret 1999, korps Paskhas kembali memiliki Wing
Paskhas, yang pada tahun 1985 telah dibubarkan. KSAU Marsekal TNI
Hanafie Asnan, yang meresmikan mulai berlakunya Wing tersebut yaitu Wing
I terdiri dari semua skadron Paskhas di wilayah barat (Skadron 461,
462, 465, Flight A Medan, Flight B Pekanbaru, Flight C Bogor, Flight D
Pontianak), Wing II terdiri dari semua skadron paskhas di wilayah timur
(skadron 463, 464, 466, Flight E Yogyakarta, Flight F Biak), dan Wing
III sebagai Wing pendidikan/latihan yang terletak di pangkalan udara
Sulaeman, Bandung. Selain itu, juga dibentuk 2 detasemen, yaitu
detasemen Bravo Paskhas sebagai pasukan elit Paskhas dengan markas di
Bandung dan detasemen Kawal/Protokol Paskhas dengan markas di Jakarta.
Hingga
pada tahun tersebut, pasukan TNI AU terdiri dari PPP, PGT dan PSU
(Penangkis Serangan Udara).
Lebih lanjut pada 15 Oktober 1962,
dibetuk Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU) yang
membawahi resimen PPP
dan PGT. Pergantian KOPPAU menjadi
Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Tjepat) disahkan pada 17 Mei 1966. Saat
itu kekuatan Kopasgat
mencapai tiga resimen (Bandung,
Jakarta, Surabaya). Adapun perubahan menjadi Pusat Pasukan Khas disahkan
pada 11 Maret 1985
sebelum akhirnya menjadi
Korpaskhasau lewat Surat Keputusan Panglima ABRI tertanggal 7 Juli 1997.
Paskhas
saat ini berkekuatan 3.000 personel. Terbatasnya dukungan dana dari
pemerintah memang jadi
kendala untuk memodernisasi Paskhas.
Dari segi persenjataan saja, prajurit Paskhas hanya mengandalkan
persenjataam macam senapan
serbu SS-1 dan senapan mesin ringan
Scorpion sebagai perlengkapan unit anti teroris Detasemen Bravo.
Namun
begitu, rencana mengembangkan Paskhas menjadi 10 Skadron dengan jumlah
personel dua kali lipat
dari sekarang, tetap menjadi
'energi' bagi Paskhas untuk terus membenahi diri. Setidaknya sampai saat
ini, pola penempatan
Paskhas masih mengikuti pola
penggelaran alutsista TNI AU, dalam hal ini pesawat terbang. Dengan kata
lain, di mana ada skadron
udara, di situ (idealnya) mesti ada
skadron Paskhas sebagai unit pengamanan pangkalan.
Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (disingkat Korpaskhasau, Paskhas atau sebutan lainnya Baret Jingga),
merupakan pasukan (khusus) yang dimiliki TNI AU. Paskhas merupakan
satuan tempur darat berkemampuan tiga matra, yaitu udara, laut, darat.
Setiap prajurit Paskhas diharuskan minimal memiliki kualifikasi
para-komando (parako) untuk dapat melaksanakan tugas secara
profesional, kemudian ditambahkan kemampuan khusus kematraudaraan
sesuai dengan spesialisasinya. Tugas dan tanggung jawab Korpaskhas sama
dengan pasukan tempur lainnya yaitu sebagai satuan tempur negara, yang
membedakan yaitu dari semua fungsi paskhas sebagai pasukan pemukul NKRI
yang siap diterjunkan disegala medan baik hutan, kota, rawa, sungai,
laut untuk menumpas semua musuh yang melawan NKRI, Paskhas mempunyai
Ciri Khas tugas tambahan yang tidak dimiliki oleh pasukan lain yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan
(OP3UD) yaitu merebut dan mempertahankan pangkalan dan untuk
selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan pasukan kawan.
Korpaskhas terbagi dalam beberapa Spesialisasi yaitu :
- Anti Teror (Den Bravo ‘90),
- Pengendali Tempur (Den Dalpur) dalam operasinya, tugas dan tanggungjawabnya infiltrasi didaerah musuh melaksanakan intelijen untuk selanjutnya menyiapkan bagi pendaratan pesawat kawan dan droping zone penerjunan,
- Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) Paskhas yang tergabung dalam Batalyon Tim Pertempuran (BTP) merupakan pasukan infantri udara ditujukan untuk merebut dan mempertahankan pangkalan udara dari serangan musuh, melaksanakan serbuan ke daerah musuh yang menguasai wilayah NKRI yang kemudian melaksanakan penghancuran kekuatan musuh.
- Pasukan Pertahanan Udara (Arhanud) Paskhas bertugas untuk melaksanakan pertahanan udara di pangkalan-pangkalan TNI AU dan obyek vital negara lainnya. Terdiri dari Batalyon Arhanud Mobile Paskhas dan Detasemen-detasemen Hanud (Den Hanud) Paskhas di setiap Pangkalan Udara Utama TNI AU serta Satuan Rudal (Sat Rudal) Paskhas jarak menengah di setiap Kosek Hanudnas.
- Kompi Matra, terdiri dari Tim Pengendali Pangkalan (Dallan) dan TIM SAR. Tim Dallan dalam operasinya melaksanakan tugas pengendalian pangkalan udara yang telah berhasil dikuasai kembali oleh Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) Paskhas yang tergabung dalam BTP (Batalyon Tim Pertempuran) dan Pasukan Arhanud Paskhas. Tugas Tim Dallan adalah mengaktifkan kembali Pangkalan Udara yang telah hancur akibat pertempuran yaitu antara lain kegiatan dukungan penerbangan meliputi :PLLU, Meteo, Banmin dan Zeni Lapangan untuk memperbaiki sarana prasarana Pangkalan Udara yang telah hancur.
Warna baret jingga Paskhas terinspirasi dari cahaya jingga saat
fajar di daerah Margahayu, Bandung, yaitu tempat pasukan komando ini
dilati
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar