Senin, 27 Mei 2013

PHASKHAS TNI AU.



sumber foto:belantaraindonesia.org.

     Korps Pasukan Khas TNI AU, disingkat Korpaskhasau, merupakan pasukan (khusus) yang dimiliki TNI AU. Sama seperti satuan lainnya di TNI AD dan TNI AL, Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga matra: laut, darat, udara. Hanya saja dalam operasi, tugas dan tanggungjawab, Paskhas lebih ditujukan untuk merebut dan mempertahankan pangkalan udara dari serangan musuh, untuk selanjutnya menyiapkan bagi pendaratan pesawat teman. Kemampuan satu ini disebut Operasi Pembentukan dan Pengoperasi Pangkalan Udara Depan (OP3UD). 

      Sejarah Paskhas sebagai pasukan payung pertama hampir setua Republik Indonesia ini. Operasi penyusupan lewat udara oleh 14 paratroops pada 17 Oktober 1947 di Kotawaringin, Kalimantan, ditandai sebagai hari keramat kelahiran Paskhas. Di awal usia TNI AU (lahir 9 April 1946), pasukan payung ini disebut Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP). April 1952, kekuatan AURI diperkuat dengan dibentuk lagi Pasukan Gerak Tjepat (PGT). 
     

       Embrio Paskhas terbentuk mulai bulan Juli 1947,  saat Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Mohamad Noor mengirim surat kepada KSAU agar menerjunkan pasukan payungnya di Kalimantan.   Hal ini mendapatkan sambutan positif dari KSAU, yang langsung memerintahkan prajurit-prajurit AURI asli Kalimantan yang mengungsi ke Jawa untuk ikut dalam misi tersebut.   Jumlah anggota yang dilatih adalah 12 prajurit asal Kalimantan dan 2 prajurit asal Jawa.  Ditunjuk sebagai komandan adalah Mayor Tjilik Riwut. 
 

      Mengingat singkatnya waktu persiapan, para prajurit hanya mendapatkan latihan di darat.   Pesawat RI-002 yang membawa mereka segera berangkat pada pagi hari tanggal 17 Oktober 1947, dengan penerbang Bob Freeberg, kopilot Opsir Udara III Makmur Suhodo dan jumping master Opsir Muda Udara III Amir Hamzah, Tjilik Riwut yang asli Kalimantan bertindak sebagai penunjuk ke arah titik penerjunan.  

       Akhirnya hanya 13 prajurit yang melaksanakan penerjunan, karena satu prajurit mengundurkan diri.   Semua prajurit berhasil mendarat dengan selamat dan bergerilya.   Setelah sebulan bergerilya,  3 prajurit gugur dalam pertempuran dan yang lainnya tertangkap Belanda.   Ketiga prajurit yang gugur adalah  Kapten Udara Anumerta Harri Hadisumantri, Letnan Udara II Anumerta Iskandar, dan Sersan Mayor Udara Anumerta Achmad Kosasih.

      Operasi lintas udara yang pertama kali dilakukan oleh TNI pada tanggal 17 Oktober 1947 tersebut akhirnya diabadikan menjadi  hari jadi Pasukan Baret Jingga, yang sekarang bernama Pasukan Khas TNI AU.

      Sejak tanggal 24 Maret 1999, korps Paskhas kembali memiliki Wing Paskhas, yang pada tahun 1985 telah dibubarkan.  KSAU Marsekal TNI Hanafie Asnan, yang meresmikan mulai berlakunya Wing tersebut yaitu Wing I terdiri dari semua skadron Paskhas di wilayah barat (Skadron 461, 462, 465, Flight A Medan, Flight B Pekanbaru, Flight C Bogor, Flight D Pontianak), Wing II terdiri dari semua skadron paskhas di wilayah timur (skadron 463, 464, 466, Flight E Yogyakarta, Flight F Biak), dan Wing III sebagai Wing pendidikan/latihan yang terletak di pangkalan udara Sulaeman, Bandung.   Selain itu, juga dibentuk 2 detasemen, yaitu detasemen Bravo Paskhas sebagai pasukan elit Paskhas dengan markas di Bandung dan detasemen Kawal/Protokol Paskhas dengan markas di Jakarta.

      Hingga pada tahun tersebut, pasukan TNI AU terdiri dari PPP, PGT dan PSU (Penangkis Serangan Udara). Lebih lanjut pada 15 Oktober 1962, dibetuk Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU) yang membawahi resimen PPP dan PGT. Pergantian KOPPAU menjadi Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Tjepat) disahkan pada 17 Mei 1966. Saat itu kekuatan Kopasgat mencapai tiga resimen (Bandung, Jakarta, Surabaya). Adapun perubahan menjadi Pusat Pasukan Khas disahkan pada 11 Maret 1985 sebelum akhirnya menjadi Korpaskhasau lewat Surat Keputusan Panglima ABRI tertanggal 7 Juli 1997.
    Paskhas saat ini berkekuatan 3.000 personel. Terbatasnya dukungan dana dari pemerintah memang jadi kendala untuk memodernisasi Paskhas. Dari segi persenjataan saja, prajurit Paskhas hanya mengandalkan persenjataam macam senapan serbu SS-1 dan senapan mesin ringan Scorpion sebagai perlengkapan unit anti teroris Detasemen Bravo.
Namun begitu, rencana mengembangkan Paskhas menjadi 10 Skadron dengan jumlah personel dua kali lipat dari sekarang, tetap menjadi 'energi' bagi Paskhas untuk terus membenahi diri. Setidaknya sampai saat ini, pola penempatan Paskhas masih mengikuti pola penggelaran alutsista TNI AU, dalam hal ini pesawat terbang. Dengan kata lain, di mana ada skadron udara, di situ (idealnya) mesti ada skadron Paskhas sebagai unit pengamanan pangkalan. 

    Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (disingkat Korpaskhasau, Paskhas atau sebutan lainnya Baret Jingga), merupakan pasukan (khusus) yang dimiliki TNI AU. Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga matra, yaitu udara, laut, darat. Setiap prajurit Paskhas diharuskan minimal memiliki kualifikasi para-komando (parako) untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, kemudian ditambahkan kemampuan khusus kematraudaraan sesuai dengan spesialisasinya. Tugas dan tanggung jawab Korpaskhas sama dengan pasukan tempur lainnya yaitu sebagai satuan tempur negara, yang membedakan yaitu dari semua fungsi paskhas sebagai pasukan pemukul NKRI yang siap diterjunkan disegala medan baik hutan, kota, rawa, sungai, laut untuk menumpas semua musuh yang melawan NKRI, Paskhas mempunyai Ciri Khas tugas tambahan yang tidak dimiliki oleh pasukan lain yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD) yaitu merebut dan mempertahankan pangkalan dan untuk selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan pasukan kawan. Korpaskhas terbagi dalam beberapa Spesialisasi yaitu :
  1. Anti Teror (Den Bravo ‘90),

  2. Pengendali Tempur (Den Dalpur) dalam operasinya, tugas dan tanggungjawabnya infiltrasi didaerah musuh melaksanakan intelijen untuk selanjutnya menyiapkan bagi pendaratan pesawat kawan dan droping zone penerjunan,

  3. Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) Paskhas yang tergabung dalam Batalyon Tim Pertempuran (BTP) merupakan pasukan infantri udara ditujukan untuk merebut dan mempertahankan pangkalan udara dari serangan musuh, melaksanakan serbuan ke daerah musuh yang menguasai wilayah NKRI yang kemudian melaksanakan penghancuran kekuatan musuh.

  4. Pasukan Pertahanan Udara (Arhanud) Paskhas bertugas untuk melaksanakan pertahanan udara di pangkalan-pangkalan TNI AU dan obyek vital negara lainnya. Terdiri dari Batalyon Arhanud Mobile Paskhas dan Detasemen-detasemen Hanud (Den Hanud) Paskhas di setiap Pangkalan Udara Utama TNI AU serta Satuan Rudal (Sat Rudal) Paskhas jarak menengah di setiap Kosek Hanudnas.

  5. Kompi Matra, terdiri dari Tim Pengendali Pangkalan (Dallan) dan TIM SAR. Tim Dallan dalam operasinya melaksanakan tugas pengendalian pangkalan udara yang telah berhasil dikuasai kembali oleh Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) Paskhas yang tergabung dalam BTP (Batalyon Tim Pertempuran) dan Pasukan Arhanud Paskhas. Tugas Tim Dallan adalah mengaktifkan kembali Pangkalan Udara yang telah hancur akibat pertempuran yaitu antara lain kegiatan dukungan penerbangan meliputi :PLLU, Meteo, Banmin dan Zeni Lapangan untuk memperbaiki sarana prasarana Pangkalan Udara yang telah hancur.
Warna baret jingga Paskhas terinspirasi dari cahaya jingga saat fajar di daerah Margahayu, Bandung, yaitu tempat pasukan komando ini dilati

paskhasbarisdepan.jpg
Paskhas troops in ceremonial formation.
paskhastrain1.jpg
Training to infiltrate and secure air fields.
paskhasf16.jpg
Paskhas troops and F-16s.
paskhas-parade1.jpg
Paskhas troops in parade formation.
06-paskhas-marching.jpg
paskhasbaris1.jpg
Paskhas troops in combat uniforms.
paskhasface.jpg
Paskhas unit ready to be deployed.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar